Dekat rumah saya dulu banyak tumbuh rumpun bambu, itu sekitar tahun 97an. Ada delapan rumpun bambu seingat saya, dan masing-masing rumpun bambu lebarnya 3-5 meteran berisi batang-batang bambu yang lebat dan kokoh menjulang tinggi. Jika siang hari di sekitar situ udaranya sangat teduh dan adem. Ada juga rumpun bambu sebelah utara bentuknya mirip gua karena terbentuk dari gabungan dua rumpun bambu atau lebih, orang-orang menyebutnya bambrongan. Di dalam bambrongan itu banyak sarang berbagai macam ular seperti ular hijau, cobra, ular kayu, bandotan macan, tali picis dll. Tak jarang ular-ular tersebut masuk rumah saya, tapi untungnya selalu berhasil dibunuh bapak saya. Ayam saya juga pernah buat sarang di dalam bambrongan itu untuk bertelur. Akhirnya di pindahkan bapak ke kandang soalnya di situ sarang banyak ular.
***
Rumpun bambu itu sangat bermanfaat bagi kehidupan kami. Mulai dari dinding rumah kami terbuat dari anyaman bambu, dipan ranjang tempat tidur, meja, tiap penyangga rumah semua kebanyakan terbuat dari bambu yang di ambil dari rumpun bambu sekitar rumah. Kalau musim jangkrik atau gangsir banyak orang-orang yang minta bambu buat rumah jangkrik, kalau bulan ramadhan dulu sering buat mercon bumbung dari bambu sama karbit, buat celengan buat nabung pun juga dari bambu.
***
Tapi di malam hari suasana menjadi seram. Suara-suara bambu itu bergesekan tertiup angin malam menimbulkan suara kreetttt... Kretek... Kretek... Kretek... Apalagi tengah malam semakin menyeramkan. Biasanya rumpun-rumpun bambu di huni kuntilanak. Untungnya saya belum pernah di lihati. Hiiiii jangan sampai.
***
Tahun demi tahun terus berganti, rumpun-rumpun bambu itu satu persatu hilang di telan keserakahan manusia sekitar. Sekarang yang bersisa cuma lahan tandus yang kering. Jika datang musim kemarau panas dan tambah panas dan menjadi tempat yang tidak nyaman lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar