Minggu, 29 Oktober 2017

SUDAH TERLAMBAT MEMBANTU NENEK

Waktu saya masih kelas 6 SD, nenek saya menderita sakit kanker. Beliau mulai berobat kesana kemari tapi tidak ada perubahan. Dari kemoterapi sampai tabib sudah dicobanya. Biaya untuk berobat pun semakin bertambah, rumah kesayangan yang penuh kebahagiaan akhirnya terpaksa di jual untuk berobat. Setelah rumah terjual beliau memilih tinggal dengan anak-anaknya yang kebetulan banyak tinggal di Surabaya kecuali ibu saya dan anaknya yang pertama di kota Madiun. Di kota Surabaya beliau merasa tidak betah karena suasana kebisingan disana, akhirnya beliau meminta tinggal dirumah ibu saya di Madiun sekaligus menjalani pengobatan disini. Saat nenek berada dirumah saya, saya bahagia karena rumah jadi agak rame, walaupun rumah saya kecil dan sempit tapi disini beliau mendapat ketenangan jauh dari kebisingan. Karena waktu itu rumah saya masih penuh rumpun bambu dan pepohonan.

***

Perkembangan beliau disini mulai terlihat, beliau sudah bisa berjalan-jalan kalau mau ke rumah tetangga yang seumuran dengan beliau untuk ngobrol-ngobrol. Kalau mau berobat atau beli jamu diantar oleh ibu saya. Tapi di sisi lain bapak saya tidak suka akan kehadiran nenek saya dirumah. Seiring berjalannya waktu ada percekcokan antara kedua orang tua saya, dan nenek saya mengetahuinya. Kira-kira dua minggu kemudian beliau memilih pindah ke rumah anaknya yang di Surabaya lagi.

***

Tapi disana kondisi beliau makin parah seiring berjalannya waktu. Begitu seterusnya, saat itu hp masih jadi barang mewah adanya telpon rumah yang mahal jadi sulit sekali berkomunikasi dengan saudara di Surabaya sana.

***

Sampai akhirnya tetangga saya yang punya telpon rumah mengabarkan kepada ibu saya bahwa nenek saya meninggal dunia. Saya mendengar berita itu merasa terkejut, tengah malam itu juga ibu saya menuju rumah tetangga dan meminjam telponnya. Saya ditinggal sendiri bapak dan abang saya semua masih pada tidur. Saat itu kejadian aneh muncul. Ranjang tempat tidur susun tua yang dulunya ditempati nenek dan saat itu saya pakai tidur dari atas menetes air seperti air mata, padahal atap tidak ada yang bocor. Akhirnya saya pindah tidur dibawah lantai. Besoknya ibu menuju Surabaya untuk mengantar jenasah nenek disana. Saya tidak boleh ikut karena sekolah padahal saya kepingin.

***

Saat usia saya semakin bertambah dan jaman memasuki dunia internet. Hp bukan barang mewah lagi. Dengan kecanggihan internet informasi bisa didapat kapan dan dimanapun kita berada. Tapi saya merasa sedih, andai saja internet dan hp murah sudah ada saat nenek saya masih hidup, pasti bisa tertolong dengan kemudahan informasi.

***

Maafkan saya nek waktu itu saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantumu. Yang bisa saya lakukan sekarang untuk beliau hanya mendoakannya supaya beliau mendapatkan tempat terindah disisi Allah SWT. Amin ya rabbal alamin.