Kamis, 18 Februari 2021

Sandal Ku Eiger


Ini adalah sebuah kisah tentang sandal yang setia menemani saya sejak saya bekerja di warnet, terus bekerja di kantoran, dan sampai jadi pengangguran lagi untuk saat ini. Sepasang sandal eiger bermotif seperti batik kluwer-kluwer berwarna silver, belinya sekitar tahun 2014 an. Saat itu saya ingin banget beli sandal yang multy fungsi. Bisa dipakai dimana saja, kapan saja dalam acara apapun. Sebelum beli sandal eiger, saya punya sandal kulit yang KW harganya murah sekitar 80 ribuan. Enak sih dipakai tapi licin banget bagian bawahnya kalau buat jalan di lantai keramik. Dulu pernah waktu ke konter hp hampir kepeleset pakai sandal kulit KW itu. Untung saja saya lincah jadi bisa seimbang. Andai saja kalau terpeleset pasti malunya membekas selamanya.

***

Sejak insiden hampir kepeleset itu, saya memutuskan mau membeli sandal yang anti selip. Saat gajian diwarnet sudah cair, waktu itu gajinya sekitar 500 ribuan. Saya mengajak teman ke  toko eiger di kota saya. Disana saya milih sandal yang cocok buat saya. Kebetulan pas saat itu tinggal satu model sandal saja yang tersisa. Terus saya lihat dan coba disana. Ternyata memang benar-benar anti selip dan berkualitas bahannya. Saya pun membelinya seharga 150 ribu.

***

Saat bekerja diwarnet saya pakai, tapi setelah sampai disana saya ganti sandal jepit. Ya maksudnya biar awet, pulangnya baru saya pakai lagi. Saat mampir ke mall jadi lebih pede dan yang pasti anti kepeleset. Segala medan saya lalui dengan sandal eiger ini, mulai dari mendaki gunung walau agak lecet kaki saya, dan juga batuan besar sungai ditempat wisata. Waktu hangout atau dolan bareng temen pun sandal eiger ini selalu menemani saya, sampai sekarang ini. Terima kasih teman atas jasa-jasa mu menemani langkahku.

Baru Kali ini Saya Membenci Hujan

Dulu hujan masih sangat menyenangkan penuh ketenangan dan kesejukan. Itu saat sebelum pandemi covid 19 melanda. Tetapi yang saya rasakan sekarang ini hujan beserta cuaca yang mendung terus menerus membuat suasana menjadi suram. Saya yakin banyak yang mengalaminya. 

***

Gimana nggak suram lha pemasukan uang aja tidak ada, banyak pengangguran. Mendung-mendung cucian pada nggak kering, banjir dimana-mana, banyak perut yang lapar, emosi meledak-ledak seperti panen masalah saja tahun 2021 ini. 

***

Belum lagi tanaman yang saya tanam jadi mati gara-gara nggak kena sinar matahari. Marah tapi percuma karena memang sudah takdir dari sang pencipta.