Kamis, 23 Juni 2022

Bisnis Modal Dengkul Modal Kebebasan = Taek

Dulu saya waktu masih awam sangat percaya dengan kata-kata motivasi pengusaha populer yang berbicara bahwa kalau ingin jadi pengusaha tidak usah banyak mikir. Yang diperlukan hanyalah modal dengkul , modal goblok , juga modal kebebasan. Tapi setelah saya terjun sendiri ke dunia pengusaha mulai dari wira usaha yang terkecil , saya baru merasakan sendiri , bahwa kata-kata motivasi pengusaha itu sama dengan taek. Terlihat menarik dari jauh , kalau sudah dekat ternyata busuk , penuh tipu daya.

***

Jaman sekarang bisnis harus pakai foulus , biar licin bos. Itulah kata-kata om doyok dari film warkop yang menggambarkan realita sebenarnya. Dan saya akui benar adanya. Waktu saya buka bisnis pentol kecil-kecilan saja harus keluar modal yang lumayan banyak bagi saya. Dan ujung-ujungnya malah tekor tidak balik modal gara-gara bahan banyak yang sisa terus basi. Masa simpannya pentol juga tidak panjang , jadinya tidak layak jual dan malah tekor tidak balik modal. Mungkin juga waktu saya buka usaha yang kurang tepat , karena buka pas lagi pandemi , daya beli masyarakat menurun , dan ekonomi negara lagi merosot banyak utang.

***

Modal uang lah yang menentukan bertahan tidaknya suatu bisnis usaha yang sebenarnya. Yang punya modal besar akan bertahan lama bisnisnya walaupun jarang laku dagangannya. Yang modal pas-pas an ya siap-siap gulung tikar kalau tidak laku. Motivator pengusaha sukses hanya bercerita bahwa kesuksesan mereka atas usaha mereka sendiri. Tetapi dia sendiri lupa menceritakan siapa saja yang berkontribusi disekitarnya membuat dia sukses , mulai dari orang tuanya beserta harta bendanya , juga warisan lelehurnya. Memang benar orang kalau sudah sukses bicaranya bagaikan dewa. Jangankan bicaranya , kentutnya pun akan didengarkan , kata jack ma. Sekarang dalam bisnis maupun kehidupan sehari-hari , ilmu sawang sinawanglah yang perlu diterapkan. Agar kita tidak iri dan membandingkan hidup kita dengan orang lain dan menjadi insan yang selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Jumat, 17 Juni 2022

Daun Singkong Di Perbatasan Pagar

Di samping rumah saya , tepatnya di perbatasan pagar kawat peternakan mentok tetangga saya. Tumbuh tanaman singkong yang sudah tidak berumbi lagi , karena memang sudah kelewat panen jadi umbinya jadi kayu akar. Sekarang bisa di sebut pohon singkong tapi kecil , karena sudah tidak bisa di panen. Pohon singkong itu di tanam tetangga saya tetapi tidak tau kapan tepatnya.

***

Saat pandemi mulai mengacaukan semuanya , terutama mengacaukan ekonomi dan pangan saya mulai sadar. Saat saya bersantai di samping rumah memandang pohong singkong itu layaknya pabrik makanan gratis dari alam. Sungguh ajaib , tiap seminggu sekali pohon singkong itu menghasilkan daun muda hijau segar yang tidak ada habisnya tiap kali dipetik. Tetangga saya selalu memetiknya pas pagi hari , sambil memberi makan mentok-mentoknya. Daun singkong muda itu di olah menjadi kulupan oleh tetangga saya dengan cara direbus sampai empuk , terus makannya pakai sambal. Katanya sih enak banget rasanya dan juga bergizi lagi. Selain itu menghemat biaya belanja.

***

Ibu saya juga pernah minta daun singkong milik tetangga itu. Sama ibu saya daun singkong itu di olah menjadi kulupan pecel. Saya pun merasakannya sendiri. Enak rasanya makan gratis dari alam setelah pandemi saat ini. Sangat mengenyangkan dan juga tidak perlu keluar uang untuk belanja banyak.

***

Kapan-kapan saya pengen menanam sendiri pohon singkong seperti tetangga saya tersebut. Tapi untuk saat ini belum bisa karena tanah disekitar rumah saya gersang , banyak batu dan juga kurang subur.