Di samping rumah saya , tepatnya di perbatasan pagar kawat peternakan mentok tetangga saya. Tumbuh tanaman singkong yang sudah tidak berumbi lagi , karena memang sudah kelewat panen jadi umbinya jadi kayu akar. Sekarang bisa di sebut pohon singkong tapi kecil , karena sudah tidak bisa di panen. Pohon singkong itu di tanam tetangga saya tetapi tidak tau kapan tepatnya.
***
Saat pandemi mulai mengacaukan semuanya , terutama mengacaukan ekonomi dan pangan saya mulai sadar. Saat saya bersantai di samping rumah memandang pohong singkong itu layaknya pabrik makanan gratis dari alam. Sungguh ajaib , tiap seminggu sekali pohon singkong itu menghasilkan daun muda hijau segar yang tidak ada habisnya tiap kali dipetik. Tetangga saya selalu memetiknya pas pagi hari , sambil memberi makan mentok-mentoknya. Daun singkong muda itu di olah menjadi kulupan oleh tetangga saya dengan cara direbus sampai empuk , terus makannya pakai sambal. Katanya sih enak banget rasanya dan juga bergizi lagi. Selain itu menghemat biaya belanja.
***
Ibu saya juga pernah minta daun singkong milik tetangga itu. Sama ibu saya daun singkong itu di olah menjadi kulupan pecel. Saya pun merasakannya sendiri. Enak rasanya makan gratis dari alam setelah pandemi saat ini. Sangat mengenyangkan dan juga tidak perlu keluar uang untuk belanja banyak.
***
Kapan-kapan saya pengen menanam sendiri pohon singkong seperti tetangga saya tersebut. Tapi untuk saat ini belum bisa karena tanah disekitar rumah saya gersang , banyak batu dan juga kurang subur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar