Senin, 01 Mei 2023

HARUSNYA PAHAM POSISI SESEORANG , JANGAN ASAL MENGHINA, MEMBANDINGKAN, MENJUDGE

Lebaran yang baru saja usai telah meninggalkan kenangan, umumnya bagi keluarga besar yang harmonis pasti akan meninggalkan kenangan manis, haru dan bahagia. Tapi sekarang tidak berlaku di keluarga besar saya, seiring bertambahnya usia, saya selalu di serang dengan pertanyaan-pertanyaan pahit tentang kehidupan, dan penyerangnya adalah tante saya sendiri dari pihak keluarga ayah saya.

***

Kurang lebih begini lah percakapannya :

Tante : kamu umur berapa sekarang ?

Saya : 31 tante

Tante : Kenapa belum menikah, cepatlah menikah

Saya : Iya tante, saya masih nyari tambahan dana buat nikah

Tante : Kalau ada niat dan doa pasti bisa, buktinya orang cacat juga banyak yang bisa nikah

Gilanya ayah saya pun justru membela tante saya, mentang-mentang tante kaya banyak duit. Setelah percakapan selesai, saya pun terdiam sejenak, tidak bisa berkata apa. Masak saya dibanding-bandingkan dengan orang cacat, kan sungguh gila. Harusnya semakin tua semakin bijaksana bisa melihat dan memahami posisi seseorang. Bukannya saya tidak mau segera menikah, memang keadaan ekonomi sulit yang masih menghalangi saya saat ini. Karena saya berpikir jangka panjangnya melihat pengalaman-pengalaman kegagalan orang dalam pernikahan yang kurang persiapan.

***

Setelah percakapan tidak bermutu itu, saya memilih masuk kamar dengan emosi yang masih mengganjal, dari dalam kamar saya masih bisa mendengarkan percakapan tante dengan ayah saya. Tante saya lalu menceritakan kesuksesan bisnis anak pertamanya, juga pernikahan anak pertamanya dan sekarang cucunya sudah berusia setahun.  Dari tadi yang di elu-elukan tante cuma anak pertamanya saja, dia tidak memandang seujung kuku pun perjuangan saya menghadapi keadaan sulit sekarang ini.

***

Kalau menurut saya sih tante sangat goblok dalam melihat kehidupan ini. Tidak paham bahwa posisi setiap orang berbeda-beda, ada yang berada di posisi kaya, ada yang berada di posisi miskin. Memang tante saya saat ini berada di posisi kaya, karena suaminya juga anak orang kaya. Mereka menikah dan mengelola warisan tersebut bersama-sama sampai saat ini. Yang saya dengar saat ini mereka punya rental mobil, cuci mobil, kos-kos an, dan ruko yang di sewakan untuk alfamart.

***

Kalau tante membanding-bandingkan saya dengan anak pertamanya, jelas itu tidak apel to apel, itulah kegoblokannya. 

Anak pertamanya terbiasa hidup enak tanpa kesulitan, minta apa-apa selalu terpenuhi. Orang tuanya punya banyak aset, yang menghasilkan banyak uang. Tidak pernah mikir besok makan apa, karena selalu ada. Nikah di modalin, rumah tersedia, bisnis di modalin tinggal mengelola. 

Terus di banding-bandingkan sama saya.

Saya cuma anak pekerja serabutan yang banyak nganggurnya. Orang tua saya tidak punya aset, bahkan tanah rumah pun masih sengketa. Saya pernah bekerja di sebuah perusahaan besar selama hampir 5 tahun. Saat pandemi corona saya risen, mencoba bisnis dengan modal sendiri, dan hasilnya bangkrut. Saat ini mulai bangkit lagi dengan dana yang menipis tanpa bantuan tanpa suport orang tua dan saudara.

***

Kalau saja tante saya bijaksana dan paham filososi sawang sinawang, pasti jawabannya menyejukkan.

Tante : kamu umur berapa sekarang ?

Saya : 31 tante

Tante : Kenapa belum menikah, cepatlah menikah

Saya : Iya tante, saya masih nyari tambahan dana buat nikah

Tante : Begitu ya, yang sabar ya. Tante doa kan semoga cepat terlaksana, bisa menikah segera. 

Kalau jawabannya begitu kan menyejukkan hati dan tidak menyulut permusuhan. Tapi ternyata gobloknya masih parah si tante suka menyudutkan saya. Saya jadi enek kalo momen lebaran ketemu dia.