Hari ini saya jualan, jualan pentol salah satu makanan yang merakyat karena harganya yang murah dan terjangkau, hanya dengan 5 ribu perak sudah dapat sebungkus pentol campur somay dan tahu bakso dengan guyuran saos kacang agak pedas. Membuat perut para pembeli jadi kenyang dengan porsi yang pas dan bahan yang lebih sehat dan higienis. Sudah berjalan hampir dua bulan ini saya jualan pentol, dengan nama pentol BRD. Saya menggunakan motor verza buat jualan pentol, karena hanya punya motor itu. Dengan sedikit rombong yang saya modif biar pas. Saya jualan di pinggir jalan di bawah pohon besar dekat masjid. Suasana disitu cukup rindang dan nyaman.
***
Sejak risen dari karyawan beralih jadi jualan di pinggir jalan. Mau melamar kerja lagi terhalang diskriminasi vaksin. Ya sudahlah mau gimana lagi, hanya ini yang bisa saya lakukan saat ini. Suka duka jualan di pinggir jalan sudah saya lalui dengan doa, sabar, dan ikhlas.
***
Saat jualan sendirian yang merepotkan adalah saat lagi kebelet, bisa kebelet kencing atau berak. Untung saja tempat saya jualan dekat masjid, jadi bisa saya tinggal sebentar. Kadang saya sempat kuatir dengan masalah keamanan, takut nya ada yang mencuri barang-barang jualan saya. Atau bahkan memasukkan racun kedalam dandang pentol saya. Bisa jadi masalah besar kalau itu sampai terjadi. Makanya saya selalu mengunci dandang jualan saya dengan rantai dan gembok saat saya tinggal ke masjid. Saos-saosnya saya masukkan sebentar ke kotak penyimpanan lalu saya gembok juga. Semua itu demi keamanan buat para pelanggan. Soal preman yang suka malak, alhamdulillah aman tidak ada preman.
***
Belum lagi kalau musim hujan, harus siap kebasahan dan omset yang menurun drastis. Ya begitulah kadang ramai kadang juga sepi. Saat jualan saya juga menghafal lalu lalang orang yang lewat situ. Ya orang-orang itu dengan kegiatannya masing-masing, ada yang numpang tidur di masjid sekalian mandi, ada penjual jamu, tukang rosok, juga penjual jajanan tradisional yang naik sepeda tua karatan. Saya hafal betul jam operasional mereka lewat situ.
***
Saya waktu jualan kadang teman-teman mampir silih berganti menemani. Hari senin si A, hari selasa si B , tetapi mereka semua tidak bisa saya harapkan kehadirannya setiap waktu, jadi ya tidak pasti. Pas teman-teman menemani saya jualan ya hati saya bisa agak tenang dan senang. Bisa untuk mengobrol mengusir kesepian di tengah lalu lalang kendaraan yang lewat. Tetapi pas lagi tidak ada yang mampir saya hanya bisa tingak-tinguk sendirian, kesepian sudah jelas tapi tidak seburuk yang lalu.
***
Saat jualan sendirian di siang hari yang cerah pandangan saya tertuju melihat di depan jalan raya, di tengahnya ada pembatas jalan yang di tanami bunga oleh pemkot, juga di sekitar sini banyak pohon besar yang rindang. Banyak kupu-kupu yang hilir mudik terbang kesana kemari mencari madu di bunga-bunga yang ada di pembatas jalan juga di pepohonan pinggir jalan. Kupu-kupu itulah yang menemani saya jualan saat kesepian datang. Membuat saya semangat lagi menjalani hidup di tengah ekonomi yang sulit ini.
***
Saya perhatikan para kupu-kupu itu juga bekerja sendirian mencari madu yang di sediakan alam di bawah teriknya matahari. Sayap mereka yang bersinar terkena sinar matahari, dengan bermacam warna nya, melambangkan kebebasan sempurna yang membuat saya tetap bersemangat dan bersyukur menjalani hidup ini.